Cara Menghitung Taksiran Berat Janin

Taksiran berat janin (TBJ) adalah salah satu cara untuk mengestimasi berapa berat bayi yang akan lahir saat persalinan. Mengetahui berat bayi akan membantu dokter dalam memprediksi beberapa kondisi yang dapat terjadi dan mempersiapkan untuk mengatasinya. Secara umum, taksiran berat janin didasarkan pada berapa lama ibu hamil, serta perkembangan bayi selama kehamilan. Namun, ada beberapa cara yang bisa dilakukan ibu hamil untuk mengetahui taksiran berat janin.

1. USG

Metode yang paling sering digunakan untuk mengetahui taksiran berat janin adalah melalui USG. USG adalah singkatan dari ultrasonografi. Ini adalah teknik pemeriksaan yang menggunakan gelombang suara untuk melihat bayi di dalam rahim. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan antara minggu ke-18 dan ke-22 kehamilan. USG akan menghasilkan gambar bayi dan juga ukuran yang dapat membantu dokter menentukan taksiran berat janin. USG juga akan membantu dokter untuk menilai kondisi bayi, termasuk jumlah cairan amnion, posisi bayi, dan lain-lain.

2. Perhitungan TBJ

Selain USG, dokter juga dapat menghitung taksiran berat janin dengan menggunakan rumus yang dikenal sebagai rumus TBJ. Rumus ini menggunakan usia kehamilan dan jenis kelamin bayi untuk menghitung taksiran berat bayi. Namun, rumus ini hanya bisa digunakan untuk ibu hamil yang memiliki usia kehamilan antara 28-40 minggu. Rumus TBJ juga tidak dapat digunakan untuk ibu hamil dengan riwayat diabetes atau ibu hamil yang memiliki bayi multiple.

3. Perhitungan Leopold

Selain USG dan rumus TBJ, dokter juga dapat menggunakan tes Leopold untuk menghitung taksiran berat janin. Tes ini menggunakan sentuhan lembut untuk menilai berat bayi di dalam kandungan. Tes ini biasanya dilakukan pada usia kehamilan antara minggu ke-30 sampai ke-40. Tes ini juga akan membantu dokter untuk menentukan letak bayi di dalam rahim dan juga untuk menilai kondisi kesehatan bayi.

4. Taksiran berat janin sendiri

Beberapa ibu hamil juga dapat melakukan taksiran berat janin sendiri. Ibu hamil dapat melakukan tes Leopold sendiri dengan menggunakan sentuhan lembut di perut untuk menilai berat bayi. Mereka juga dapat menggunakan USG 4D untuk melihat bayi. Mereka dapat menggunakan hasil USG ini untuk menaksir berat bayi dengan melihat ukuran bayi. Namun, ibu hamil harus memastikan bahwa USG 4D dilakukan oleh praktisi kesehatan yang terlatih.

5. Tingkat keakuratan taksiran berat janin

Taksiran berat janin yang disarankan oleh dokter atau ditentukan sendiri oleh ibu hamil hanya sekitar 20-30% akurat. Ini karena tingkat keakuratan taksiran berat janin sangat bergantung pada usia kehamilan, jenis kelamin bayi, dan juga kondisi ibu. Oleh karena itu, taksiran berat janin tidak bisa digunakan sebagai estimasi yang pasti untuk berat bayi.

6. Lingkungan yang berbeda

Taksiran berat janin juga tidak akan selalu sama untuk ibu hamil yang berada di lingkungan yang berbeda. Lingkungan seperti keadaan iklim, nutrisi, dan juga riwayat kesehatan ibu hamil akan mempengaruhi taksiran berat janin. Oleh karena itu, taksiran berat janin yang didapatkan oleh ibu hamil di satu daerah mungkin berbeda dengan taksiran berat janin yang didapatkan oleh ibu hamil di daerah lain.

7. Tanda-tanda persalinan

Taksiran berat janin juga dapat membantu ibu hamil untuk menilai tanda-tanda persalinan. Berat bayi yang lebih tinggi akan meningkatkan risiko komplikasi saat persalinan. Jika ibu hamil memiliki taksiran berat janin yang lebih tinggi, dokter akan lebih siap untuk men

Cara Menghitung Taksiran Berat Janin